Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Bidang Sosial Budaya

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, moral, hukum, kepercayaan, adat-istiadat dan kemampuan lain serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota mastarakat (Soerjono Soekanto)

Aktualisasi Pancasila dalam bidang sosial budaya berwujud sebagai pengkarakter sosial budaya (keadaban) Indonesia yang mengandung nilai-nilai religi, kekeluargaan, kehidupan yang selaras-serasi-seimbang, serta kerakyatan.

Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Bidang Sosial Budaya


Profil sosial budaya Pancasila dalam kehidupan bangsa Indonesia yang gagasan, nilai, normanya yang tanpa adanya paksaan sebagai sesuatu yang dibutuhkan proses pembangunan budaya yang dibelajarkan dengan tepat dan diseimbangkan dalam tatanan kehidupan, bukan sebagai suatu warisan dari generasi ke generasi, serta penguatkan kembali proses integrasi nasional baik secara vertical maupun horizontal.


Begitu luasnya cakupan kebudayaan tetapi dalam pengamalan Pancasila kebudayaan bangsa Indonesia adalah budaya ketimuran, yang sangat menjunjung tinggi sopan santun, ramah tamah, kesusilaan dan lain-lain. Budaya Indonesia memang mengalami perkembangan misalnya dalam hal IPTEK dan pola hidup.

Perubahan dan perkembangan ini didapat dari kebudayaan asing yang berhasil masuk dan diterima oleh bangsa Indonesia. Semua kebudayaan asing yang diterima adalah kebudayaan yang masih sejalan dengan Pancasila.

Walaupun begitu tidak jarang kebudayaan yang jelas-jelas bertentangan dengan budaya Indonesia. Seperti terjadinya pergeseran gaya hidup, beberapa indikasi dapat dikemukakan di sini, antara lain.

  1.  Manusia hidup cenderung materialistik dan individualistik
  2.  Menurunya rasa solidaritas, persaudaraan, rasa senasib-sepenanggungan
  3.  Keharusan mengganti mata pencaharian
  4.  Pelecehan terhadap institusi adat
  5.  Pengikisan terhadap nilai-nilai ajaran agama tertentu

Ciri ini telah ada dan berkembang hingga ke daerah-daerah. Dulu sudah tergantikan dengan komunikasi jarak jauh. Misalnya, kebiasaan berkunjung ke daerah untuk masyarakat lebaran atau hari-hari penting lainnya, telah tergantikan dengan telpon atau medsos. Mestinya kondisi ini tidak perlu terjadi pada bangsa yang dikenal ramah, santun, dan religius.

Perubahan sosial lainya, bahwa pluralitas tidak terfokus hanya pada aspek SARA, tetapi di masa yang akan datang kemajemukan masyarakat Indonesia yang sangat heterogen ditandai dengan adanya sinergi dari peran, fungsi dan profesionalisme individu atau kelompok. Sehingga kontribusi profesi individu/kelompok itulah yang akan mendapat tempat dimanapun mereka berpartisipasi.

Ini semua menunjukkan bahwa filter Pancasila tidak berperan secara optimal, itu terjadi karena pengamalan Pancasila tidak sepenuhnya dilakukan oleh bangsa Indonesia. Oleh karena itu harus ada tindakan lanjut agar budaya bangsa Indonesia sesuai dengan Pancasils.  

Pembudayaan Pancasila tidak hanya pada kulit luar budaya, misalnya saja hanya pada tingkat propaganda, pengenalan serta pemsarakatan akan tetapi sampai pada tingkat kemampuan mental kejiwaan manusia yaitu sampai pada tingkat akal, rasa dan kehendak manusia.


Share